Bagaimana Media Membangun Popularitas

Bagaimana Media Membangun Popularitas

Bagaimana Media Membangun Popularitas tidak lagi muncul secara organik semata, melainkan dibentuk dan dikelola secara strategis dan salah satu kekuatan paling utama dalam proses ini adalah media. Media tidak hanya menjadi saluran informasi, tetapi juga pembentuk persepsi publik. Siapa yang muncul di media, bagaimana ia diberitakan, dan seberapa sering wajahnya tampil di layar atau feed media sosial, sangat menentukan seberapa besar pengaruh dan popularitas yang ia miliki.

Dalam dunia hiburan, politik, bisnis, bahkan kehidupan pribadi seseorang yang viral, media memainkan peran penting sebagai penguat narasi. Media tradisional seperti televisi, radio, dan surat kabar masih memiliki kekuatan, tetapi kini ditantang oleh media digital dan media sosial yang bekerja jauh lebih cepat dan luas. Popularitas bukan hanya soal menjadi terkenal, tapi juga menjadi top of mind, dipercaya, dan terus dibicarakan. Artikel ini akan mengulas secara mendalam bagaimana media membangun popularitas, mekanismenya, contoh nyatanya, hingga dampak positif dan negatifnya bagi individu dan masyarakat.

Pilar Awal Pembentuk Popularitas

Keunggulan media tradisional adalah kredibilitas dan jangkauan luas. Apa yang ditayangkan di berita televisi dianggap penting dan terpercaya. Tokoh-tokoh yang sering diwawancara oleh media cetak dianggap punya kapabilitas. Namun, kelemahannya adalah sifatnya satu arah dan terkadang eksklusif tidak semua orang bisa masuk ke lingkaran ini. Popularitas sangat tergantung pada siapa yang punya akses ke media dan bagaimana media memutuskan untuk menampilkan mereka.

Kehadiran internet dan media sosial membawa revolusi besar dalam cara popularitas dibentuk. Kini, siapapun bisa menjadi selebriti digital atau opinion leader dengan memanfaatkan platform seperti Instagram, TikTok, YouTube, dan X (Twitter). Media sosial memberi kekuatan langsung kepada individu untuk mengatur citranya sendiri, membangun komunitas, dan menyampaikan narasinya tanpa harus bergantung pada media tradisional.

Namun, dengan kebebasan ini muncul tantangan baru: persaingan ketat dan tuntutan konsistensi konten. Di era algoritma, siapa yang paling menarik, cepat, dan relevan akan mendapat perhatian. Banyak fenomena viral dan selebriti instan muncul hanya karena satu unggahan yang berhasil memicu emosi publik. Media digital membuat popularitas menjadi lebih mudah diakses, tetapi juga lebih cepat berlalu jika tidak dikelola dengan tepat.

Strategi Media dalam Membangun Popularitas

Media tidak hanya melaporkan, tetapi juga memiliki kepentingan: rating, klik, engagement. Karena itu, dalam membangun popularitas seseorang atau suatu entitas, ada beberapa strategi yang biasa digunakan media:

Cara media mengemas informasi sangat menentukan persepsi publik. Misalnya, seorang tokoh bisa dilihat sebagai pahlawan atau penjahat tergantung dari bagaimana narasi dibentuk. Pemilihan kata, gambar, dan angle berita menjadi senjata penting dalam framing ini. Sering tampil sering diingat. Media menggunakan teori “mere exposure effect” di mana sesuatu yang sering dilihat cenderung dianggap lebih akrab dan disukai.

Konten yang mengandung konflik, kejutan, atau emosi tinggi cenderung lebih banyak dikonsumsi. Media sering kali menyoroti sisi dramatis dari tokoh untuk menarik perhatian publik. Media membantu membentuk personal brand melalui cerita hidup, perjuangan, dan karakter tokoh yang diangkat. Ini membangun keterikatan emosional antara publik dan sosok tersebut.

Peran Media Sosial dalam Popularitas

Media sosial memiliki mekanisme khusus dalam menyebarkan popularitas algoritma. Algoritma menentukan siapa yang muncul di beranda kita, dan konten seperti apa yang lebih banyak disebarkan. Ini menciptakan sistem yang tidak sepenuhnya netral. Konten yang cepat, emosional, dan mudah dicerna cenderung viral. Akibatnya, banyak orang yang mengejar popularitas dengan membuat konten yang sensasional.

Namun, media sosial juga memberikan ruang untuk komunitas niche. Tidak perlu jadi selebriti nasional untuk populer. Seorang ahli tanaman bisa sangat populer di kalangan pecinta berkebun. Seorang gamer bisa menjadi ikon dalam komunitas e-sports. Popularitas menjadi lebih tersegmentasi tetapi juga lebih dalam jika dibangun dengan baik. Beberapa contoh figur publik Indonesia yang popularitasnya dibentuk media antara lain:

  • Najwa Shihab: Wartawan dan pembawa acara yang eksposurnya di media televisi dan YouTube membentuk citra sebagai sosok cerdas dan berani.

  • Raffi Ahmad: Berkat televisi dan media sosial, ia membangun citra sebagai entertainer serba bisa dan pebisnis sukses.

  • Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan: Politisi yang mengelola media sosial dengan sangat aktif dan strategis untuk memperkuat citra dan jangkauan mereka.

Selain itu, fenomena “Citayam Fashion Week” menunjukkan bagaimana media sosial bisa membentuk popularitas kelompok yang sebelumnya tidak memiliki panggung, hanya karena viralitas dan kekuatan narasi visual.

Dampak Positif Media dalam Membangun Popularitas

Media memiliki kekuatan luar biasa dalam membentuk citra yang kuat dan berkesan. Ketika seseorang mendapatkan eksposur yang luas melalui media maka peluang untuk dikenal dan diterima publik meningkat secara drastis. Ini adalah kekuatan branding yang sangat menginspirasi karena media tidak hanya menyampaikan informasi tetapi juga membangun emosi kepercayaan dan koneksi yang mendalam. Melalui konten yang menggugah dan konsisten seorang tokoh bisa menjadi simbol perubahan dan motivasi bagi banyak orang. Popularitas yang dibangun media bukan sekadar ketenaran sesaat tetapi bisa menjadi fondasi untuk pengaruh yang berdampak luas dan nyata.

Salah satu kekuatan utama media adalah kemampuannya untuk memperluas jangkauan dengan sangat efisien. Dengan kecepatan luar biasa media sosial dan digital mampu menjangkau jutaan orang hanya dalam hitungan detik. Ini membuka peluang besar bagi siapa saja untuk menyuarakan ide berbagi karya atau mempromosikan produk secara efektif dan powerful. Media menjadi panggung terbuka tempat siapa pun bisa tampil menunjukkan kualitas dan menciptakan perubahan positif. Ini adalah revolusi dalam komunikasi yang memberikan ruang setara bagi semua pihak tanpa memandang latar belakang atau status sosial.

Lebih dari sekadar popularitas media juga membangun nilai dan kepercayaan publik. Ketika seseorang mendapat perhatian karena karya inspirasi atau kontribusinya maka media menjadi jembatan yang menyatukan antara pesan dan penerima pesan secara emosional. Dampak positif ini dapat memperkuat kredibilitas menciptakan kolaborasi dan membuka pintu peluang baru yang lebih besar dan berkelanjutan.

Etika dan Tanggung Jawab Media

Media memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk tokoh atau tren yang akan berdampak pada masyarakat. Popularitas bukan sekadar keuntungan bisnis, tapi membawa pengaruh sosial dan budaya. Karena itu, media perlu memperhatikan:

  • Keakuratan informasi

  • Keadilan dalam pemberitaan

  • Tidak mengeksploitasi privasi individu

  • Menghindari clickbait berlebihan

Masyarakat juga punya peran penting. Jangan hanya menjadi konsumen pasif. Kita harus kritis, selektif, dan sadar terhadap bagaimana media mempengaruhi opini kita. Dengan cara ini, kita bisa membantu menciptakan ruang publik yang lebih sehat, di mana popularitas dibentuk karena kualitas dan dampak, bukan sekadar sensasi.

Media memiliki peran krusial 

Media memiliki peran krusial dalam membentuk dan menyebarluaskan popularitas. Baik melalui media tradisional maupun digital, media mampu menciptakan persepsi, membentuk citra, dan bahkan mengangkat seseorang dari anonim menjadi ikon publik. Strategi seperti framing, eksposur berulang, storytelling, dan pemanfaatan algoritma menjadi senjata utama dalam membangun ketenaran. Popularitas yang dulu bersifat eksklusif kini menjadi lebih inklusif berkat media sosial yang memberi kesempatan kepada siapa pun untuk bersinar. Namun, popularitas yang dibangun media tidak selalu berdasarkan kualitas; sering kali dibentuk oleh momentum, sensasi, atau bahkan manipulasi. Oleh karena itu, penting bagi individu dan institusi untuk memahami dinamika ini agar bisa mengelola citra secara cerdas dan bertanggung jawab.

Di sisi lain, masyarakat sebagai konsumen informasi juga harus bersikap bijak. Popularitas tidak boleh dijadikan satu-satunya ukuran kualitas atau kredibilitas. Kita perlu mengedepankan nilai, integritas, dan kontribusi nyata dalam menilai seseorang atau sesuatu yang populer. Media bisa menjadi kekuatan positif jika dijalankan dengan etika dan integritas, tetapi juga bisa menjadi alat destruktif jika hanya mengejar rating dan viralitas. Maka dari itu, kesadaran kolektif, literasi media, dan peran aktif semua pihak sangat dibutuhkan agar popularitas yang dibangun benar-benar membawa dampak positif, berkelanjutan, dan inspiratif bagi masyarakat luas.

Data & Fakta

Menurut laporan Data Report Al 2024, lebih dari 5,07 miliar orang di seluruh dunia menggunakan internet, dan 4,8 miliar di antaranya aktif di media sosial. Sebuah studi dari Pew Research menunjukkan bahwa 72% anak muda mendapatkan berita dan informasi dari platform seperti YouTube, TikTok, dan Instagram. Artinya, media modern kini menjadi alat utama dalam membentuk persepsi publik dan menciptakan figur yang populer secara cepat, bahkan dalam hitungan jam.

FAQ-Bagaimana Media Membangun Popularitas

  • Apa itu popularitas media?

Popularitas media adalah tingkat ketenaran seseorang atau sesuatu yang dibentuk melalui eksposur di berbagai platform media.

  • Bagaimana media sosial memengaruhi ketenaran?

Media sosial memungkinkan penyebaran informasi secara cepat dan luas, menjadikan konten viral dan menciptakan selebritas instan.

  • Apakah media tradisional masih berpengaruh?

Ya, televisi dan media cetak tetap punya kekuatan, terutama dalam membentuk opini publik dan citra resmi.

  • Apakah popularitas selalu positif?

Tidak selalu. Popularitas bisa bersifat negatif jika dibangun dari kontroversi atau berita palsu.

  • Apa kunci utama membangun popularitas lewat media?

Konsistensi konten, keterlibatan audiens, dan strategi personal branding yang kuat.

Kesimpulan

Bagaimana Media Membangun Popularitas dalam membentuk popularitas. Baik itu media sosial, media online, atau media tradisional, semua saluran ini memiliki kekuatan untuk membangun citra seseorang secara cepat dan masif. Dalam dunia yang serba digital, popularitas bisa tercipta bukan hanya karena prestasi nyata, tapi juga karena eksposur yang konsisten dan narasi yang menarik. Banyak tokoh publik, influencer, hingga pelaku bisnis menggunakan media sebagai alat untuk memperkuat identitas mereka, menjangkau audiens luas, dan membangun kredibilitas. Konten yang viral, ditambah dengan algoritma yang mendukung distribusi cepat, membuat proses membangun popularitas menjadi lebih strategis dan terukur.

Namun, penting juga untuk memahami bahwa popularitas dari media bisa bersifat sementara jika tidak dibarengi dengan autentisitas dan nilai nyata. Di era di mana perhatian publik mudah bergeser, menjaga reputasi menjadi tantangan tersendiri. Oleh karena itu, membangun popularitas yang sehat harus disertai dengan tanggung jawab dalam menyampaikan pesan yang benar dan positif. Media bisa menjadi alat yang sangat ampuh, tetapi juga bisa membawa risiko jika digunakan secara tidak etis. Dalam dunia modern, bukan hanya apa yang disampaikan yang penting, tetapi bagaimana dan melalui media apa pesan itu dikomunikasikan. Popularitas yang berkelanjutan hanya akan bertahan jika dibangun di atas dasar kepercayaan, konsistensi, dan keaslian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *